Kamis, 28 Maret 2013

KURIKULUM 2013: Kecakapan Guru Menjadi Faktor Kunci

Ilustrasi/Jibiphoto/Gigih M Hanafiah
PONTIANAK – Kecakapan profesional guru menjadi hal yang tidak bisa ditawar untuk terselenggarannya kurikulum 2013.
Pada kurikulum terbaru yang masih dalam tahap uji publik, kreativitas dan inovasi siswa menjadi hal penting. Sementara, tanpa stimulasi dari guru yang memiliki kecakapan profesi hal itu akan menjadi sia-sia.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar Alexius Akim, kurikulum 2013 menekankan pada siswa kreatif dan inovatif untuk menopang pembangunan, apalagi kemajuan iptek semakin hari semakin meningkat.
Untuk itu, diperlukan kurikulum khusus sebagai pegangan bagi para guru.
“Harus dibarengi dengan kurikulum yang agak khusus. Kurikulum ini memberikan arah dan kebijakan bagaimana guru melakukan tupoksinya dalam membentuk siswa menjadi sumber daya manusia yang kuat,” kata Alexius, Sabtu (22/12).
Menurutnya, yang terpenting bagaimana kesiapan guru, pemerintah dan infrastruktur. Semuanya melalui uji publik akan ada berbagai masukan.
“Jangan sampai kita salah melakukan, mengkaji dan memberikan arahan dan berakibat fatal. Nah, nanti dalam kurikulum 2013 sekitar 50% berkembang. Ada mata pelajaran yang perlu diintegrasikan ya diintegrasikan. Kalau tetap, ya tetap,” tegasnya.
Alexius juga mengatakan guru mengajarkan geografi tentang gunung. Lalu gunung itu ada air mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah itu masuk ke IPA. Siapa menciptakan gunung itu sudah masuk mata pelajaran Agama.
Menurutnya, hal seperti itu banyak terjadi yang sebaiknya disatukan saja. Pengetahuan yang utuh diperoleh anak akan lebih baik. Selama ini masih tersendiri dan terlalu boros. Itu yang dimaksudkan dengan pembelajaran intensif dan teruntegrasi.
Nanti setelah dilakukan uji publik, lanjut Alexius, baru sosialisasinya kepada para guru dan pengelola pendidikan. Termasuk infrastruktur sekolah dan buku akan diperbaharui. Semuanya akan mengalami perubahan.
Sejauh ini proses pematangan untuk perubahan kurikulum 2013 sudah memasuki tahap ke tiga yaitu uji publik. Uji publik ini untuk menjaring pendapat dan masukan dari berbagai pihak. Setelah itu barulah diputuskan seperti apa model kurikulum 2013 tersebut.
Utusan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ana Suhaenah Suparno mengatakan kurikulum 2013 menekankan kepada siswa untuk aktif. Tidak hanya dalam proses, tetapi juga ada tagihannya.
“Untuk keterampilan berpikir, yang ditagih bagaimana mereka bisa menganalisis, mengklasifikasi, membuat generalisasi. Bagaimana siswa dikondisikan seperti ilmuan-ilmuan bekerja,” kata Ana saat uji publik kurikulum 2013 di kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar.
Ana menjelaskan selain kreatif dan inovatif, diintegrasikan juga pendidikan karakter. Jadi, semuanya akan terintegrasi menjadi satu. Dia mencontohkan, budi pekerti dan karakter harus diintegrasikan ke semua program studi.
Selama ini pihaknya terus berasumsi sebenarnya sama antara anak yang ada di kota atau di desa. Hanya tidak diberi kesempatan untuk dipicu atau disimulasi hingga potensi mereka maksimal. Pihaknya sudah mengunjungi beberapa daearah terpencil seperti di NTT dan hasilnya sama. Kalau tidak diransang kognitif anak atau siswa tidak akan berkembang.
Guru Besar Universitas Negeri Jakarta ini menjelaskan yang terpenting adalah bagaimana merangsang siswa dari awal. Bahkan mulai dari PAUD.
“Kuncinya adalah kesiapan pada guru. Kalau ada empat yang penting. Nomor satu guru, dua guru, tiga guru, dan empat guru. Begitu pentingnya kemampuan seorang guru,” jelas Ana.
Ana menuturkan guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru. Karena hal itu ada efek dominonya.
“Peningkatan-peningkatan kecakapan profesionalisme mereka harus secara terus menerus. Kalau di Singapura sudah 100 jam dalam setahun guru berhak mendapatkan pelatihan,” katanya. Sementara di Indonesia, tagihannya hanya mendapat sertifikat. Padahal harus dievaluasi hasil dari pelatihan guru.
Sekarang pihaknya masih fokus untuk kurikulum jenjang SD hingga SMA/SMK. Sementara tingkat Perguruan Tinggi masih belum. (JIBI/K46/sae)

0 komentar:

Posting Komentar