Jumat, 22 Maret 2013

PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI MASA DEPAN


Jika ingin kemakmuran 1 tahun, tumbuhkanlah benih
Jika ingin kemakmuran 10 tahun, tumbuhkanlah pohon
Jika ingin kemakmuran 100 tahun, tumbuhkanlah (didiklah) manusia
(Konfusius)
A. ISLAM MENEKANKAN PENDIDIKAN
Sebagai agama, Islam memiliki ajaran yang lebih sempurna dan komprehensif. Sebagai agama yang sempurna, Islam dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja. Melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan.
Sumber utama untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al-Quran dan Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al-Quran sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan hadis, sebagai sumber ajaran Islam, diakui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan.
Di dalam al-Quran dengan sangat jelas Allah Swt berjanji akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan beriman: Yarfaillahulladzina amanu walladzina utul ilma darajat (QS. QS. Al-Mujadilah [58]: : 11). Ayat ini menunjukkan bahwa proses memperoleh ilmu atau pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi. Di samping itu, ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt. Ayat di atas adalah sebagian kecil dari contoh betapa agama Islam sangat memandang ilmu sebagai alat yang penting dalam kehidupan. Banyak sekali kata-kata atau perintah-perintah di dalam al-Quran yang menunjukkan agar manusia ini berilmu, berpikir, merenung dan sebagainya.
Kalau ditelisik lebih jauh, sebenarnya aktivitas pendidikan telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah swt. menciptakan manusia pertama Adam di surga dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al Baqarah: 31-33).
Tidak hanya di dalam Al-Quran saja, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. pun banyak berbicara tentang pentingnya ilmu. Nabi Muhammad Saw. telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education), sebagaimana hadis Uthlubul Ilma Minal Lahdi Ilal Mahdi (Carilah ilmu sejak dari ayunan hingga liang kubur). Nabi Muhammad Saw. mewajibkan bagi orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu (Thalabul Ilmi Faridhatun ala kulli muslimin wa muslimatin).
Nabi Muhammad Saw. Juga pernah bersabda: Carilah ilmu sampai ke negeri Cina (Uthlubul Ilma walau bissin). Hadis ini merupakan indikasi nyata urgensi pendidikan. Ketika Rasulullah menganjurkan untuk belajar sampai ke negeri Cina tentu bukan harus belajar tafsir di sana, sebab bukan tempatnya. Begitu juga di Cina bukan tempat untuk belajar shalat ataupun menunaikan zakat. Cina pada zaman Nabi Muhammad SAW, 14 abad silam, adalah negara yang sudah maju dalam ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan perdagangan. Sehingga, Rasulullah menyuruh umatnya untuk belajar teknologi, perdagangan, dan industri sekalipun kepada orang yang berbeda keyakinan. Begitu istimewanya pendidikan dalam Islam sampai diperbolehkan oleh Rasulullah untuk iri kepada mereka.
Khasanah Islam lainnya dalam sejarah para sahabat pun mengisahkan tentang pentingnya ilmu. Ada suatu kisah dari Muadz bin Jabal Ra. Beliau berkata: Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut. Namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.
Ada yang bertanya, Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ia menjawab, Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal salihnya.
Orang berakal tahu mana yang baik dan buruk. Bila ia melakukan kesalahan maka ia akan langsung sadar dan segera memperbaiki. Sedangkan orang bodoh, meskipun ia telah berbuat baik, namun bisa jadi ia akan melakukan kesalahan yang fatal karena kebodohannya.
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah.
Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah Saw. menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
Walhasil, diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka. Dan yang tak kalah penting adalah menjadikan manusia yang fana ini abadi.
Orang yang memiliki ilmu, well-educated, well-versed dan bermanfaat ilmunya, ia akan dikenal meski ia telah mati. Ia akan abadi namanya, meski jasadnya sudah tiada. Pendidikanlah yang menjadikan ia abadi. Pendidikan mengabadikan yang fana. Itulah ajaran agama. Sejarah telah membuktikan hal itu.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya. http://kafeis.or.id/artikel/motivasi/503…

0 komentar:

Posting Komentar